Majalah-hikmahbudhi.com Umat Buddha tentu tidak asing dengan yang namanya Ratana Sutta, pujian terhadap permata Buddha, Dhamma, dan Sangha. Walaupun sutta ini jarang sekali terdengar ketika kebaktian rutin mingguan, tapi pada saat pandemi COVID-19 menyerang Indonesia, Ratana Sutta menjadi trending topic dikalangan umat Buddha. Bahkan para umat Buddha dihimbau untuk membacakannya pada saat ibadah di rumah.
Sutta berbeda dengan doa. Sutta ialah khotbah yang disampaikan oleh Buddha. Jadi ketika kamu membaca sutta, kamu sedang mengulang apa yang pernah diucapkan oleh Buddha. Berikut adalah isi dari Ratana Sutta:Pasang Iklan
- Makhluk apa pun yang berkumpul di sini, baik yang dari dunia maupun dari luar angkasa, semoga semua makhluk itu bahagia. Demikian juga, semoga mereka mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang dikatakan.
- Karena itu, wahai para makhluk, perhatikanlah baik-baik. Pancarkanlah kasih sayang kepada umat manusia yang siang malam memberikan persembahan kepadamu. Karena itu, lindungilah mereka dengan setulus hati.
- Harta apapun yang ada di sini atau di dunia lain, atau permata tak ternilai apa pun yang ada di alam-alam surga, tidak ada satu pun yang sebanding dengan Sang Tathagata. Permata tak ternilai ini ada di dalam Buddha. Dengan kebenaran ini, semoga ada kedamaian!
- Manusia bijak dari suku Sakya, yang tenang pikirannya, telah mewujudkan penghentian yang bebas dari nafsu, yang bebas dari kematian, dan luar biasa. Tidak ada sesuatu pun yang sebanding dengan keadaan itu. Permata tak ternilai ini ada di dalam Dhamma. Dengan kebenaran ini, semoga ada kedamaian!
- Buddha yang agung memuji meditasi murni yang segera memberikan hasil. Tidak ada sesuatu pun yang sebanding dengan meditasi itu. Permata berharga ini ada di dalam Dhamma. Dengan kebenaran ini, semoga ada kedamaian!
- Delapan individu yang dipuji oleh orang-orang baikterdiri dari empat pasang. Mereka adalah siswa-siswa Sang Buddha, yang pantas menerima persembahan. Apapun yang dipersembahkan kepada mereka akan memberikan buah yang melimpah. Permata tak ternilai ini ada di dalam Sangha. Dengan kebenaran ini, semoga ada kedamaian!
- Mereka yang terbebas dari nafsu semuanya mantap di dalam ajaran Gotama yang berpikiran teguh. Mereka telah mencapai apa yang harus dicapai karena telah menyelam ke dalam Nibbana yang bebas dari kematian. Mereka menikmati Kedamaian yang dicapai, yang tak ternilai. Permata tak ternilai ini ada di dalam Sangha. Dengan kebenaran ini, semoga ada kedamaian!
- Bagaikan gerbang kota yang berfondasi kokoh tidak tergoyahkan oleh angin dari empat penjuru, demikianlah kunyatakan bahwa orang yang sepenuhnya memahami Kebenaran Mulia adalah orang yang baik. Permata tak ternilai ini ada di dalam Sangha. Dengan kebenaran ini, semoga ada kedamaian!
- Mereka yang dengan jernih memahami Kebenaran Mulia yang telah diajarkan dengan baik oleh Yang Maha Bijaksana, betapapun tidak berhati-hatinya mereka itu, mereka tidak akan terlahir untuk kedelapan kalinya. Permata tak ternilai ini ada di dalam Sangha. Dengan kebenaran ini, semoga ada kedamaian!
- Tiga kondisi telah ditinggalkan oleh dia pada saat mencapai pandangan terang,yaitu: (i) pandangan salah tentang diri, (ii) keraguan, dan (iii) pandangan salah bahwa ritual dan upacara dapat menyelamatkan. Dia juga telah sepenuhnya terbebas dari empat keadaan menderita dan tidak dapat lagi melakukan enam kejahatan. Permata tak ternilai ini ada di dalam Sangha. Dengan kebenaran ini, semoga ada kedamaian !
- Kejahatan apa pun yang dilakukan, baik lewat tubuh, ucapan atau pikiran, tak dapat disembunyikannya. Karena telah dikatakan bahwa tindakan semacam itu tidak mungkin dilakukan oleh orang yang telah melihat Sang Jalan.Permata tak ternilai ini ada di dalam Sangha. Dengan kebenaran ini, semoga ada kedamaian!
- Bagaikan pohon-pohon yang pucuknya berbunga pada bulan-bulan pertama musim panas, begitu juga ajaran tertinggi yang menuju ke Nibbana ini diajarkan untuk tujuan tertinggi. Permata tak ternilai ini ada di dalam Sangha. Dengan kebenaran ini, semoga ada kedamaian!
- Yang Luar Biasa, Yang Maha Mengetahui, Sang Pemberi yang luar biasa, dan Sang Pembawa Kesempurnaan telah membabarkan ajaran yang luar biasa. Permata tak ternilai ini ada di dalam Buddha. Dengan kebenaran ini, semoga ada kedamaian!
- Dengan musnahnya (kamma) lampau, tidak ada (kamma) baru yang dihasilkan, maka pikiran pun tak melekat pada kelahiran di masa depan — mereka telah menghancurkan benih-benih tumimbal lahir. Nafsu-nafsu tidak lagi muncul dan para bijaksana itu pergi, sama seperti lampu ini.Permata tak ternilai ini ada di dalam Sangha. Dengan kebenaran ini, semoga ada kedamaian!
- Makhluk apa pun yang berkumpul di sini, baik yang dari dunia maupun dari luar angkasa, marilah kita menghormat Buddha. Sang Tathagata dipuja oleh para dewa dan manusia! Semoga ada kedamaian!
- Makhluk apa pun yang berkumpul di sini, baik yang dari dunia maupun dari ruang angkasa, marilah kita menghormat Dhamma. Sang Tathagata dipuja oleh para dewa dan manusia! Semoga ada kedamaian!
- Makhluk apa pun yang berkumpul di sini, baik yang dari dunia maupun dari luar angkasa, marilah kita menghormat Sangha. Sang Tathagata, dipuja oleh para dewa dan manusia! Semoga ada kedamaian!
Kilas balik kisah Ratana Sutta
Pada masa kehidupan Buddha Gotama, dikisahkan terjadi kelaparan di kota Vesali yang menewaskan ribuan orang dari keluarga miskin. Oleh karena terdapat begitu banyak mayat-mayat yang membusuk di sana, setan-setan pun mulai bermunculan dan menghantui kota tersebut dan menyebabkan banyak wabah lain bermunculan. Diganggu oleh tiga bahaya: kelaparan, setan-setan jahat dan wabah penyakit, para penduduk Vesali meminta pertolongan dari Buddha yang pada saat itu sedang berdiam di Rajagaha.
Tergerak oleh rasa cinta kasih-Nya kepada semua makhluk, Buddha pun pergi mengunjungi kota Vesali diikuti dengan ratusan bhikkhu termasuk Bhikkhu Ananda. Tidak lama setelah Buddha tiba disana, hujan lebat turun membasahi kota Vesali dan membawa pergi serta mayat-mayat yang tak terurus. Jadi kota itu telah bersih dari gelimpangan mayat-mayat yang membusuk dan udara pun mulai segar kembali. Kemudian Buddha membabarkan Ratana Sutta kepada Bhikkhu Ananda dan memintanya melafalkan kembali khotbah tersebut sambil mengelilingi kota Vesali sebagai sarana untuk melindungi para penduduk Vesali.
Bhikkhu Ananda mematuhi perintah tersebut dan sembari memercikkan air suci dari mangkuk dana milik Buddha, melafalkan kembali khotbah tersebut mengelilingi kota. Dan akhirnya wabah penyakit pun lenyap.
Kisah dari Ratana Sutta yang dapat diambil
- Pola hidup yang sehat dan bersih akan meminimalisir wabah penyakit.
Ketika Buddha Gotama tiba di Kota Vesali, hujan deras turun membersihkan mayat-mayat yang tak terurus dan menjadi salah satu sumber penyakit. Seandainya mayat-mayat itu tetap dibiarkan dan kota tidak dibersihkan, mungkin wabah penyakit menjadi semakin parah. Selaras dengan pandemi COVID-19, kamu dihimbau untuk melakukan pola hidup yang sehat dan bersih.
- Buddha Gotama tidak mengajarkan muridnya untuk menjauhi atau membiarkan orang sakit.
Buddha Gotama datang tidak sendiri, bahkan ia mengajak ratusan muridnya. Ia memberikan contoh langsung bahwa menolong orang tanpa pilih kasih, entah mereka sakit maupun miskin. Pada saat pandemi COVID-19 ini, kamu bisa membantu petugas kesehatan dengan bantuan APD dan juga pasien dengan vitamin ataupun obat-obatan. Terlebih kamu bisa menjadi relawan kesehatan untuk membantu pemerintah.
- Bhikkhu Ananda, agen dari Buddha Gotama yang membawa kedamaian.
Sebagai salah satu siswa utama Buddha Gotama, Bhikkhu Ananda dipilih untuk menyampaikan pujian tentang permata Buddha, Dhamma, dan Sangha (Ratana Sutta) yang dibabarkan oleh Buddha Gotama. Ia memberikan bimbingan dan penyuluhan secara langsung sesuai arahan dari Buddha Gotama untuk mengelilingi seluruh Kota Vesali dengan penuh kedamaian. Intinya adalah saling menolong dengan cinta kasih, melatih konsentrasi, dan bermoral. Bayangkan saja mayat-mayat yang menumpuk tak terurus. Jika masyarakat Kota Vesali saling peduli, penuh cinta kasih, saling bahu-membahu, mungkin saja tidak ada tumpukan mayat yang sudah bau dan membusuk, yang menjadi sumber berbagai penyakit. Semoga saja masyarakat Indonesia tidak acuh untuk mengikuti himbauan dari pemerintah sehingga penyebaran Covid-19 dapat terputus. Umat Buddha khususnya harus menjadi agen pembawa kedamaian, tidak menyebar hoax, justru harus saling bahu-membahu memutus penyebaran COVID-19.
Permata pembawa kedamaian
Sekarang pertanyaannya, apa iya hanya dengan membacakan Ratana Sutta, wabah COVID-19 segera hilang?
Jawabannya tentu tidak! Kalau itu benar, tentu saja negara Buddhis seperti Thailand, Taiwan, dan lainnya sudah bebas dari COVID-19. Kasusnya berbeda dengan zaman Buddha Gotama. Tapi bukan berarti membacakan Ratana Sutta pada saat ini tidak menimbulkan hasil.
Membaca Ratana Sutta dengan penuh keyakinan dan pemahaman, akan menumbuhkan permata yang ada di dalam diri kamu, yang dilihat dari berbagai perbuatan yang dilakukan melalui pikiran, ucapan, dan badan jasmani. Perbuatan yang penuh dengan cinta kasih, konsentrasi, dan bermoral. Jika kamu sudah melakukan hal tersebut, sebenarnya kamu sudah mulai mengimplementasikan Ratana Sutta dalam kehidupan kamu. Contohnya saja, menjual handsanitizer dengan harga normal, membagikan masker secara gratis, melakukan pola hidup bersih dan sehat, melakukan dan menghimbau physical distancing, dan lain sebagainya.
Berapa banyak orang yang masih sulit melakukan himbauan dari pemerintah terkait COVID-19 ini, padahal itu untuk kebaikan bersama, untuk Indonesia. Mari bersama buang ego dan tingkatkan cinta kasih kepada semua makhluk. Pada saat ini kamu menjadi penerus Bhikkhu Ananda yang mengelilingi Kota Vesali (Indonesia) untuk menyampaikan kebaikan dan kedamaian guna memutus penyebaran COVID-19. Mari lawan COVID-19! Indonesia bisa!
Referensi: https://samaggi-phala.or.id/tipitaka/ratana-sutta-2/ https://jatakakatha.wordpress.com/tag/kisah-dibalik-ratana-sutta/
Penulis : Rendy Arifin