Cara Cipayung Plus NTB menyambut 74 tahun Kemerdekaan Indonesia

2881


majalah-hikmahbudhi.com 17 Agustus 1945 – 17 Agustus 2019, 74 tahun Republik Indonesia Merdeka. Suatu proses yang lama dan panjang bagi bangsa ini menjadi negara yang berdiri sendiri. Hal yang tidak mudah bagi negeri ini untuk bersatu menjadi Indonesia. Butuh waktu berabad-abad dalam melawan kekejaman penjajah yang menguras hasil dari tanah ibu pertiwi dengan pertumpahan darah dari para pahlawan demi adanya kebebasan di bumi sendiri. Hingga pada masanya, 17 Agustus 1945 menjadi puncak perjuangan dan diproklamasikannya kemerdekaan Republik Indonesia.

17 Agustus bukan hanya sekedar seremonial atau wacana diatas kertas bahkan di media sosaial tetapi hari ini kita harus menunduk, mengenang sebuah perjalanan panjang dari ibu pertiwi melalui tindakan yang nyata, jangan sampai kita sebagai pemuda hanya menjadi penikmat dari kemerdekaan hingga terlena dan lupa bahkan tidak memikirkan nasib bangsa ini kedepan.Pasang Iklan

Sang Proklamator, Bung Karno pernah berkata, “Perjuanganku lebih mudah karena melawan bangsa asing, tapi perjuanganmu lebih sulit karena melawan bangsa sendiri”. Yang artinya bahwa semakin lama bangsa ini berdiri maka semakin banyak tantangan-tantangan yang akan menerjang. Maka dari itu, dibutuhkan sikap kritis dari semua elemen bangsa baik melalui pikiran maupun tindakan yang tentunya sesuai dengan koridor hukum yang ada.

Merefleksikan 74 tahun kemerdekaan Rebublik Indonesia, Organisasi Kemasyarakatan dan Kepemudaan Cipayung Plus Nusa Tenggara Barat (PKC PMII BALI NUSRA, BADKO HMI NUSRA, PW KAMMI NTB, DPD KMHDI, HIKMAHBUDHI, PMKRI) duduk bersama sebagai wujud nyata dalam tindakan sebagai sebuah lembaga kritis pembangunan bangsa. Setidaknya ada lima pernyataan sikap Cipayung Plus NTB dalam merefleksikan 74 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia:

1. Mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menjaga stabilitas keamanan NKRI.

2. Mendesak pemerintah untuk membubarkan ormas yang anti pancasila demi menjaga keutuhan NKRI.

3. Mendorong pemerintah dalam percepatan pembangunan daerah pasca gempa Lombok.

4. Mengawal kebijakan pemerintah daerah dan pemerintah pusat demi terwujudnya cita-cita kemerdekaan Republik Indonesia.  

5. Pancasila jaya, NKRI harga mati. 

Saat ini kita dihadapkan pada permasalahan bangsa sang sangat kompleks. Maka dari itu, diharapkan kepada pemuda/i bangsa yang nantinya akan menjadi penerus bangsa harus terus menyuarakan persatuan, kesatuan, dan kedamaian. Perbedaan itu bukanlah suatu hal yang membatasi, tetapi perbedaan itu dijadikan sebagai sumber kekuatan dalam merekatkan bangsa yang majemuk ini.

Mari bersama-sama untuk terus menyuarakan perdamaian dan kesatuan di Negara Kesatuan Republik Indonesia. MERDEKA!